Benarkah lebih cepat lebih baik?

Apakah musisi terbaik adalah mereka yang bisa memainkan instrumen mereka dengan paling cepat?
Apakah aktor terbaik adalah mereka yang bisa mengucapkan baris dialog mereka dengan paling cepat?
Apakah orang paling bijak yang Anda kenal adalah para pemikir tercepat?
Apakah pegolf terbaik mengayunkan tongkat mereka lebih cepat dibanding yang lain?
Apakah atlet terbaik selalu berada di depan sepanjang perlombaan?
Apakah pemimpin terbaik adalah mereka yang mendapat kesuksesan dalam semalam?
Apakah perusahaan terbaik adalah yang tumbuh paling cepat?
Apakah persahabatan terbaik berkembang paling cepat?
Apakah orang-orang paling sukses di muka bumi ini selalu tergesa-gesa?

Demikian kutipan dari kover depan-dalam buku Robert Holden, Success Intelligence (Bandung: Mizan, 2007). Kita dapat menambahinya dengan sederet daftar panjang yang mempertanyakan apakah lebih cepat itu tentu lebih baik. Kita dapat menambahinya dari pengalaman diri kita sendiri. (Bukankah pengalaman itu tergolong guru terbaik?)

Pengalaman saya selaku penulis buku, misalnya. Rekor tercepat saya adalah menulis buku dalam waktu tiga hari. Namun, saya sama sekali tidak bisa mengatakannya sebagai buku terbaik saya. Buku tersebut kurang mengesankan bagi diri saya sendiri (apalagi bagi para pembaca). Begitu kurang terkesannya saya, sampai-sampai saya lupa buku tersebut judulnya apa.

Bukan hanya dalam dunia karir, dunia cinta pun demikian pula. Contohnya, seorang teman istri saya. Katakan saja, namanya XX. Bulan lalu, dia menikah. Saat itu, dengan bangga dia berkata bahwa dia jatuh cinta kepada calon istrinya pada pandang pertama. Sebulan kemudian XX melamarnya dan segera pula diterima. (Seolah-olah dia merendahkan istri saya yang membutuhkan waktu bertahun-tahun mengenal saya sebelum kami menikah.) Tapi hari ini, dua minggu setelah menikah, si XX berkata bahwa rumahtangganya ibarat neraka. Karena itu, dia kini menenggelamkan diri dalam kesibukan pekerjaan supaya jarang berinteraksi dengan istrinya.

Bagaimana dengan pengalaman Anda? Apakah dalam pengalaman Anda, lebih cepat itu selalu lebih baik?

  • Technorati
  • Facebook
  • Twitter
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit

Piilih punya banyak blog ataukah satu saja?


Tadinya, aku bermaksud menjadikan blogku terdahulu, yaitu muhshodiq.wordpress.com sebagai satu blogku yang utama, yang menghimpun semua tulisanku dengan berbagai topik. Namun aku sering menerima komplain dari pengunjung yang mendapat postingan yang topiknya dianggapnya kurang sesuai bagi dirinya. Aku sudah menawarkan mereka untuk berlangganan RSS pada kategori tertentu. Namun ternyata ada banyak yang lebih suka berkunjung langsung daripada melalui RSS.

Lalu aku berpikiran hendak kembali seperti dulu, yaitu mengelola banyak blog, dengan setiap blog hanya membahas satu topik tertentu. Bagi pengunjung, ini mungkin memudahkan. Namun bagiku, mungkin itu agak merepotkan. Karena itu, aku ambil jalan tengah, yaitu mengelola secara rutin lima empat blog utama saja:

  1. M Shodiq Mustika – shodiq.blogetery.com – catatan harian seorang penulis buku
  2. Suara Mustika – muhshodiq.wordpress.com – berita/cerita terheboh & lowongan kerja terbaru, dan catatan harian M Shodiq Mustika
  3. Pesantren Cinta – ilmucinta.wordpress.com – Setetes ilmu cinta dari samudera agama Islam, psikologi, filsafat, sastra, dan sebagainya
  4. Islamkah ini? – islamkah.dagdigdug.com muslimmoderat.wordpress.com – marilah belajar dan terus belajar tentang seluk-beluk Islam
  5. Terus Berkembang – terus-berkembang.blogspot.com – pengembangan diri, karir, penulisan & blogging

Bagaimana menurut sampeyan?

  • Technorati
  • Facebook
  • Twitter
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit